"Yang Sering Dilewatkan dalam Peristiwa Isra' Mi'raj"

Ali Al Mu’tashim Billah Al Ayyubi LC
(Direktur Utama Helwa Center Mesir)

Peristiwa Isra Mi'raj merupakan salah satu momen agung dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Rajab. Perjalanan luar biasa ini menjadi bukti nyata atas kerasulan Nabi Muhammad . Allah SWT mengabadikan peristiwa ini dalam firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Mahasuci Allah SWT yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra' [17]: 1)

 

Dalam perjalanan Isra, Rasulullah SAW diperlihatkan berbagai tanda kebesaran Allah SWT antara langit dan bumi hingga tiba di Baitul Maqdis. Di sana, beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa 'alaihimussalam, bersama para nabi lainnya yang berkumpul menyambut beliau. Mereka melaksanakan shalat berjamaah dengan Rasulullah SAW sebagai imamnya. Hal ini diriwayatkan dalam hadits yang disampaikan oleh Malik bin Sha’sha’ah radhiyAllahu'anhu:

فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا بَيْتَ الْمَقْدِسِ، فَصَلَّيْنَا فِيهِ، فَقَالَ لِي جِبْرِيلُ: صَلِّ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا جَمِيعُ الْأَنْبِيَاءِ يُصَلُّونَ مَعِي

"Kemudian kami berangkat hingga tiba di Baitul Maqdis, lalu kami shalat di sana. Jibril berkata kepadaku, 'Shalatlah.' Maka aku pun shalat, kemudian aku menoleh dan ternyata semua nabi shalat bersamaku." (HR. Al-Bukhari)

 

Selanjutnya, dalam peristiwa Mi'raj, Rasulullah SAW menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah SWT. Hal ini tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyAllahu'anhu:

فَفُرِضَتْ عَلَيْهِ خَمْسُونَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَرَجَعَ فَمَرَّ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ: بِمَ أُمِرْتَ؟ قَالَ: أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ، وَإِنِّي وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ، وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ

"Maka diwajibkan atasnya lima puluh shalat setiap hari dan malam. Kemudian ia kembali dan melewati Musa, yang bertanya, 'Apa yang diperintahkan kepadamu?' Ia menjawab, 'Aku diperintahkan dengan lima puluh shalat setiap hari dan malam.' Musa berkata, 'Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakan lima puluh shalat setiap hari. Demi Allah SWT, aku telah menguji manusia sebelum engkau, dan aku telah berusaha keras dengan Bani Israil dengan sekuat tenaga. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan untuk umatmu." (HR. Al-Bukhari)

 

Pelajaran Berharga dari Isra Mi'raj

 

Ada pelajaran penting dari peristiwa Isra Mi'raj yang sangat sering dilewatkan dan diabaikan oleh seorang Muslim :

 

1. Ketaatan dalam Menjalankan Shalat

 

Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu adalah sebuah anugerah luar biasa yang diterima langsung oleh Rasulullah SAW  dalam perjalanan spiritual Isra’ Mi’raj. Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya shalat sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Shalat bukan hanya sekadar ibadah, melainkan penanda sejati keimanan. Sebagaimana Allah SWT berfirman:  

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah [2]: 43)  

 

Bahkan Rasulullah SAW dengan tegas mengingatkan dalam sebuah sabda beliau:  

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

"Sesungguhnya pembeda antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim)  

 

Bagi seorang Muslim yang mendirikan shalat dengan penuh disiplin dan kekhusyukan, shalat itu menjadi pelindung dari godaan dunia yang membawa pada kehinaan. Allah SWT sendiri berjanji dalam firman-Nya:  

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ

"Dirikanlah shalat. Sungguh shalat itu mencegah (kamu) dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut [29]: 45) 

 

Imam Ibnu Katsir, seorang ahli tafsir ternama, menegaskan bahwa siapa saja yang menjaga shalatnya, maka shalat itu akan menjadi tameng bagi dirinya dari perbuatan buruk. Menurut beliau, mendirikan shalat berarti seseorang berusaha sungguh-sungguh menjauhkan diri dari dosa. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Syaikh as-Sa‘di, yang menyatakan bahwa shalat mengandung zikir kepada Allah SWT dan kekhusyukan, sehingga hati manusia senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT. Perasaan ini menjadikan shalat sebagai benteng kokoh yang menjaga seseorang dari maksiat.  

 

Namun, kehidupan kadang menunjukkan ironi. Ada yang tetap shalat lima waktu, tetapi tak terhalang dari dosa-dosa besar: mencuri, berzina, terlibat riba, judi, bahkan korupsi. Apakah shalat itu tidak cukup mencegah mereka? Ataukah sebenarnya ada yang kurang dalam kualitas shalat mereka? Dalam hati yang seharusnya tunduk, barangkali hanya tersisa gerakan fisik tanpa jiwa.  

 

Shalat yang sejati adalah shalat yang menyelamatkan. Shalat yang mengubah hidup. Ia memeluk hamba dengan kelembutan kasih Allah SWT dan menjauhkannya dari kegelapan dunia. Maka, bagi mereka yang masih terperosok dalam kemaksiatan, mungkin ini saatnya bertanya: sudahkah shalatku benar-benar mendekatkanku kepada Allah SWT? Sudahkah ia menjadi cermin iman yang menyinari langkahku? Ataukah aku hanya berdiri, rukuk, dan sujud tanpa benar-benar hadir?  

 

Inilah refleksi mendalam yang dibutuhkan seorang Muslim. Karena sesungguhnya, shalat bukan hanya kewajiban, tapi jembatan menuju ridha-Nya.

 

2. Aspek Politik Dalam Isra’ dan Mi’raj

 

Di malam yang penuh keajaiban itu, Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Perjalanan ini tidak hanya menyingkap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, tetapi juga mengandung pesan besar yang akan mengubah peta kepemimpinan dunia. Rasulullah SAW melewati negeri-negeri yang kelak menjadi bagian dari kekuasaan Islam, negeri-negeri yang akan dipersatukan di bawah panji tauhid. 

 

Sebelum Isra Mi’raj, dunia menyaksikan kepemimpinan berada di tangan Bani Israil. Namun, malam itu, di Baitul Maqdis, sebuah peristiwa penting terjadi. Rasulullah SAW didampingi oleh para nabi terdahulu untuk melaksanakan shalat. Ketika waktu shalat tiba, beliau maju menjadi imam. Para nabi dengan penuh keikhlasan dan pengakuan mengikutinya. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah radhiyAllah‘anhu:  

وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ، فَحَانَتِ الصَّلَاةُ، فَأَمَمْتُهُمْ

“Sungguh aku melihat diriku berada di tengah-tengah segolongan para nabi. Kemudian datanglah waktu shalat. Lalu aku menjadi imam mereka.” (HR Muslim)  

 

Momen ini menjadi penegasan yang tak terbantahkan: Rasulullah SAW adalah pemimpin para nabi, risalah yang beliau bawa adalah penutup segala risalah, dan umat Islam adalah pengemban amanah besar untuk menyebarkan tauhid ke seluruh penjuru dunia. Ini bukan hanya perubahan simbolis, tetapi sebuah peralihan kepemimpinan yang mendasar dari Bani Israil kepada umat Nabi Muhammad.  

 

Tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia kecuali di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW dan umatnya. Dan sejarah membuktikan hal itu.  

 

Setahun setelah Isra Mi’raj, datang perintah besar itu: berhijrah dari Makkah ke Madinah. Hijrah bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi langkah awal menuju pembentukan sebuah negara yang berlandaskan ideologi Islam. Di Madinah, Rasulullah SAW mendirikan Daulah Islam dengan sistem yang kokoh, adil, dan sesuai dengan fitrah manusia.  

 

Di bawah tangan-tangan yang tulus dan ikhlas, negara ini tumbuh menjadi pusat peradaban yang membawa cahaya bagi umat manusia. Tidak hanya di Madinah, kekuasaan Islam meluas ke seluruh Jazirah Arab, mengantarkan masyarakatnya kepada kehidupan yang damai dan penuh keadilan.  

 

Salah satu tonggak sejarah besar Islam adalah pembebasan Baitul Maqdis di Palestina. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyAllah SWTu ‘anhu, negeri ini menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Palestina, termasuk Gaza di dalamnya, adalah bagian dari negeri Syam yang diberkahi Allah SWT SWT.  

 

Namun, kisah ini belum selesai. Rasulullah SAW pernah bersabda:  

إِنَّ اللهَ زَوَى لِيَ الأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا

“Sungguh Allah SWT telah melipat (menghimpun) bumi ini untuk diriku. Lalu aku dapat melihat bagian-bagian timur dan bagian-bagian baratnya. Sungguh kekuasaan umatku akan mencapai wilayah yang dilipatkan (dihimpunkan) kepadaku.” (HR Muslim)  

 

Hadis ini adalah harapan sekaligus janji. Palestina, sebagai bagian dari negeri Syam, insya Allah SWT akan kembali menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Umat Islam di seluruh dunia memiliki kewajiban untuk peduli dan berjuang demi membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan, hingga kembali berada di bawah naungan Islam.  

 

Isra Mi’raj bukan hanya peristiwa sejarah. Ia adalah pengingat abadi tentang tanggung jawab besar yang diemban umat Islam: menjaga kemuliaan agama ini, memperjuangkan keadilan, dan mempersatukan umat di bawah panji tauhid. Perjalanan Rasulullah SAW melewati negeri-negeri yang diberkahi adalah simbol harapan dan sekaligus panggilan untuk kita semua.  

 

Perubahan besar dunia dimulai dari satu langkah kecil, dan umat Islam dipanggil untuk menjadi bagian dari perjalanan itu. Bukan hanya untuk Palestina, tetapi untuk membawa rahmat dan keadilan ke seluruh penjuru bumi, sebagaimana Rasulullah SAW diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.

Tsaqafah dan Keilmuan Administrator 01 Feb 2025 12:20pm

  • Komentar : 0

Berikan komentar terbaik Anda

Helwa Center

Lembaga konsultan pendidikan yang memfasilitasi calon pelajar Indonesia di Institusi-institusi Al-Azhar di Mesir sejak tahun 2015.

Find Us

18 Ahmed Zumor, Hay Asyir, Nasr City, Cairo

© 2024 | Binwasoft | All Rights Reserved. Privacy Policy | Terms of Service