Perjuangan Ummat Islam Mesir di Bulan Ramadhan
(Direktur Utama Helwa Center Mesir)

Kenal nggak sama sosok jenderal Eropa yang paling terkenal dengan kecerdikan taktik perangnya? Dialah Napoleon Bonaparte, yang dijuluki "The Little Corporal" karena kepiawaiannya memimpin pasukan dari posisi terendah hingga menjadi penguasa Eropa. Bagaimana jika Napoleon Bonaparte yang gagah berani itu justru dipaksa tunduk oleh kekuatan spiritual dari bulan Ramadhan di tanah Mesir?
Inilah kisah nyata yang nyaris terlupakan, ketika strategi militer Eropa berhadapan dengan kekuatan ruhiyah umat Islam yang tengah berpuasa, dan Ramadhan menjelma menjadi senjata paling ampuh dalam menghadapi penjajahan.
Ketika mendengar nama Napoleon Bonaparte, pikiran kita langsung tertuju pada sosok jenderal ambisius asal Prancis yang mengguncang Eropa dengan revolusi dan kekuatan militernya. Namun, siapa sangka, Napoleon juga pernah merasakan atmosfer Ramadhan, bukan di tanah kelahirannya, tetapi justru di Mesir, negeri para Nabi dan ulama. Tahun 1798, ketika pasukan Prancis di bawah komando Napoleon menginvasi Mesir, bulan Ramadhan datang bersamaan dengan awal pendudukan mereka. Di sinilah sejarah mencatat kisah unik tentang bagaimana seorang jenderal Eropa menghadapi Ramadhan di negeri Muslim.
Dalam kitab-kitab sejarah kontemporer seperti "Napoleon in Egypt" karya Paul Strathern dan sumber Arab seperti "تاريخ الجبرتي" ( Tarikh Al-Jabarti ), disebutkan bahwa Napoleon, meskipun seorang non-Muslim, sangat memperhatikan suasana keagamaan penduduk Mesir. Jabarti dalam catatannya menulis:
"وكان نابليون يظهر الاحترام لعلماء الأزهر ويحرص على حضور مجالسهم لاستمالة قلوب المصريين"
(Napoleon tampak menunjukkan rasa hormat kepada ulama Al-Azhar dan berusaha menghadiri majelis mereka untuk menarik hati rakyat Mesir) . Bahkan dalam kesempatan lain, Jabarti juga mencatat:

"وكان يظهر الاهتمام بشعائر رمضان، ويأمر جنوده بعدم إزعاج المسلمين خلال صيامهم وعباداتهم"
(Ia tampak menunjukkan perhatian terhadap syiar Ramadhan, dan memerintahkan pasukannya untuk tidak mengganggu kaum Muslimin selama puasa dan ibadah mereka). Ia memahami bahwa Ramadhan bukan hanya ritual tahunan biasa bagi masyarakat Mesir, tetapi bagian inti dari identitas spiritual dan sosial mereka. Dengan strategi politik yang cerdik, Napoleon memerintahkan tentaranya untuk menghormati puasa Ramadhan. Tidak jarang ia menyampaikan pidato yang memuji ajaran Islam dan keutamaan Ramadhan di hadapan para ulama Al-Azhar, demi menarik simpati masyarakat.
Napoleon bahkan mendekati para syekh Al-Azhar, memberikan dukungan dana untuk beberapa kegiatan keagamaan, serta menjaga ketertiban kota Kairo saat malam-malam Tarawih. Salah satu langkah uniknya adalah tetap membiarkan meriam Ramadhan ditembakkan sebagai penanda berbuka puasa, tradisi yang telah hidup sejak era Mamluk. Ia sadar, jika sampai merusak momen-momen sakral Ramadhan, maka perlawanan rakyat Mesir akan semakin keras.
Namun, di balik kecerdasannya membaca situasi, Ramadhan tetap menjadi tantangan berat bagi tentara Prancis. Cuaca panas, logistik terbatas, dan ketegangan politik membuat mereka harus berhadapan dengan masyarakat yang secara lahir tampak tenang berpuasa, tetapi batinnya terus bergolak melawan penjajahan. Ramadhan di masa pendudukan Prancis menjadi bulan yang tidak hanya penuh ibadah, tetapi juga penuh perlawanan senyap. Masjid-masjid menjadi pusat konsolidasi, dan para ulama memanfaatkan momentum tarawih serta qiyamul lail untuk menguatkan semangat jihad menghadapi penjajah.
Hikmah dari kisah ini jelas menggambarkan bagaimana Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum strategis dalam sejarah umat Islam. Di tangan masyarakat Mesir waktu itu, Ramadhan berubah menjadi energi perlawanan, simbol keteguhan identitas, dan benteng moral menghadapi kekuatan asing yang mencoba merusak tatanan mereka. Bahkan Napoleon, dengan segala kejeniusannya, tak mampu menaklukkan hati masyarakat Mesir selama bulan suci ini, sebab kekuatan ruhiyah Ramadhan lebih besar daripada sekadar strategi militer.
Jadi, Ramadhan tidak hanya berfungsi sebagai pengingat atas kewajiban spiritual semata, tetapi juga sebagai fondasi perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan, baik fisik maupun ideologi. Jika dahulu masyarakat Mesir mampu menjadikan Ramadhan sebagai momentum penguat solidaritas melawan penjajahan asing, maka sudah semestinya umat Islam masa kini menjadikan Ramadhan sebagai waktu terbaik untuk membebaskan diri dari penjajahan modern yang lebih halus namun mematikan; seperti penjajahan budaya, ekonomi, hingga pola pikir yang menjauhkan umat dari jati diri Islamnya. Ramadhan mengajarkan bahwa kekuatan hakiki terletak pada kebersihan jiwa dan kejernihan visi hidup, yang kemudian melahirkan keberanian untuk berkata tidak pada segala bentuk kezaliman.
Maka, Ramadhan hari ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kekuatan umat Islam tidak hanya lahir dari jumlah atau senjata, tetapi dari kesatuan hati, keteguhan iman, dan kecerdasan membaca momentum. Jika dahulu Ramadhan menjadi waktu perlawanan melawan penjajah asing, kini saatnya Ramadhan menjadi medan perlawanan diri melawan kemalasan, kebodohan, dan segala bentuk penjajahan modern yang menggerogoti ruhani kita.
Wallahu a’lam. []
Referensi:
Strathern, Paul. Napoleon in Egypt. Vintage, 2008.
Al-Jabarti, Abd al-Rahman. عجائب الآثار في التراجم والأخبار (Aja'ib Al-Athar fi Al-Tarajim wa Al-Akhbar).
Sejarah dan Budaya Administrator 03 Mar 2025 02:56am
-
Komentar : 1
-
El Habibie
Masya Allah, Baru Tau Juga Fakta ini, Keren
-
Berikan komentar terbaik Anda
Kategori
- 4
- 6
- 5
- 1
- 5
Tulisan Terbaru
-
MHQ Lil Wafidîn 2025 : Helwa Center di Balik Suksesnya Kompetisi Hafiz Internasional
10 Mar 2025 08:40pm -
Sebuah Langkah Besar di Dalam Tramco
07 Mar 2025 07:01pm -
Milad Al Azhar: Jejak sejarah mercusuar ilmu
07 Mar 2025 06:34pm -
Ketika Napoleon Takluk oleh Ramadhan: Perjuangan Ummat Islam Mesir di Bulan Ramadhan
03 Mar 2025 02:56am -
Perang Badar dan Hikmah Ramadhan: Bulan Kemenangan di Medan Jihad
01 Mar 2025 11:45am -
Maidatur Rahman : Yang Paling di Nantikan Masisir Saat Ramadhan di Mesir
27 Feb 2025 06:22pm -
Transformasi Kepemimpinan: Menyambut Generasi Baru Helwa Center dengan Semangat Amanah
27 Feb 2025 05:41am -
Kunjungan Hangat Delegasi KKS Kairo Mesir ke Helwa Center Mesir: Sinergi Kekeluargaan untuk Penguatan Komunitas
27 Feb 2025 05:22am -
Dinamika Organisasi dan Plot Twist Tak Terduga: Refleksi Amanah di Musyawarah Besar Lijan Helwa Center
25 Feb 2025 07:48pm -
Mengapa Mesir Menjadi Magnet bagi Pelajar dari Seluruh Dunia?
25 Feb 2025 07:02pm