Hakikat Mengingat Allah di Kehidupan Manusia
Muhammad Ayyubi (Khadim Ma'had Islami Umdatul Ummah)
Allah SWT memerintah kita untuk senantiasa mengingat Nya. 
واذكروا الله ذكرا كثيرا
Dan berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak 
واذكروا الله اذكركم واشكروا لي ولا نكفرون
Berdzikirlah kepada maka Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah kepada Ku dan jangan kalian mengingkari nikmat Ku. 

Ini salah satu perintah bagi seorang mukmin untuk mengingat Allah dengan dzikir sebanyak banyaknya.

Dalil ini bersifat umum, artinya Allah tidak membatasi bentuknya, waktu dan situasinya. Allah mempersilahkan kita untuk berdzikir di mana saja, kapan saja dan dengan apa pun uslubnya selama tidak bertentangan dengan qath'i lainnya. 
الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم
Mereka ( orang beriman ) senantiasa berdzikir kepada Alalh dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring.

Oleh karena itulah para ulama semisal Syaikh Yusuf bin Ismail An Nabhani merinci dzikir itu menjadi tiga.

Pertama, dzikir dengan lisan. Artinya mengucapkan bacaan bacaan yang ma'tsur dan tidak dalam rangka mengingat Allah. Sehingga kita mengenal ratib, hizb, ma'tsurat dan wirid sebagai bentuk kompilasi ayat ayat atau hadits yang direkomendasi dari sunnah Rasulullah.

Misalnya ratibul haddad karya Imam Abdullah al Haddad, Hizb Nawawi karya Imam Nawawi, wirdul latif karya Abdullah al Haddad, ratib al Atthas karya Abdurrahman Al Atthas, Ma'tsurat Hasan Al Banna dan Dzkir Maulid karya Abdurrahman Ad Diba'i dan lain lain.

Akan tetapi sebagian ulama lainnya menjadikan ayat sebagai hizb , dzikir dan wird harian. Karena susunan dan kompilasi rangkaian ayat per ayatnya di susun langsung Allah tentunya lebih berkah dan lebih sempurna. Seperti halnya Abdullah bin Masud yang menjadikan surat al waqiah sebagai dzikir yang dibaca setiap malam, Utsman Bin Affan biasa mengkhatamkan Al Quran dalam shalat malamnya, Imam Syafii setiap hari khatam 30 juz Al Quran dan 2 kali khatam jika bulan ramadhan.

Dan kita bisa bahkan lebih bagus jika menjadikan Al Mulk, Yasin, Kahfi atau ayat ayat lainnya sebagai bacaan dzikir kita setiap malam sehabis maghrib atau lainnya karena memang banyak direkomenfasikan oleh Rasulullah untuk kita baca setiap malam. Di dalamnya juga disebut dalam riwayat banyak memiliki khasiyat.

Untuk lengkapnya kita bisa merujuk kitab kitab terkait semisal kitab Khazinatul Asrar yang banyak membahas hal ini.

Kedua, dzikir Jawarih atau aggota badan artinya setiap gerak tubuhnya ketika beramal selalu dikaitkan dengan perintah dan larangan Allah sebagai bentuk ingat kita kepada Nya. Inilah yang dinamakan idrak shilah billah kesadaran akan hubungannya dengan Allah.

Bahkan ketika mereka melihat setiap fenomena di dalam alam semesta, manusia dan kehidupan semuanya akan mengingatkan dirinya akan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Ketika idrak silah billah ini terpatri kuat dalam diri manusia maka dirinya akan senantiasa merasa di dalam muraqabatullah atau pengawasan Allah.

Ketika dzikir lisan dan dzikir jawarih ini dipadukan maka dia akan menjadi pribadi "sempurna". Cahaya Allah telah merasuk dalam dirinya sehingga terjaga dari Maksiyat kepada Allah.

Walhasil, seorang mukmin harus terus menerus berdzikir kepada Allah kapan pun, di mana pun, dengan uslub apa pun hingga kematian menjemputnya.

Tsaqafah dan Keilmuan Administrator 01 Feb 2025 12:20pm

  • Komentar : 1
    • Qonita Qonita

      Baarakallahufiik helwa center. Semoga dengan keberadaan blog ini, semakin optimal dalam oeran meningkatkan taraf berfikir generasi muslim.

Berikan komentar terbaik Anda

Helwa Center

Lembaga konsultan pendidikan yang memfasilitasi calon pelajar Indonesia di Institusi-institusi Al-Azhar di Mesir sejak tahun 2015.

Find Us

18 Ahmed Zumor, Hay Asyir, Nasr City, Cairo

© 2024 | Binwasoft | All Rights Reserved. Privacy Policy | Terms of Service